Tuesday, April 29, 2008



including having this new blog, please feel free to take a look :)

Saturday, May 19, 2007

“pain is something to cary, like a radio” Jim Morrison

Sahabat saya dan saya, sama-sama jomblo kronis. Bukan karena kita udah menahun jadi jomblo [ya…itu juga sih], tetapi lebih ke arah spertinya kejombloan ini akan melekat lama di diri kita.
Penyebabnya? Kalo kata sahabat-sahabat saya: elo terlalu idealis sih!
Kadang-kadang saya mau ketawa terbahak-bahak sampe pengen muntah kalo mikirin kata-kata itu…pasalnya, saya pingin punya pacar. Ibaratnya orang kalo udah kedinginan, mbok ya ada jaket apa aja ya dipake kan? Bukannya menunggu jaket paling ideal kan?
Analogi apapula itu…[maklumlah, tulisan ini dibuat di wiken panjang dan saya malah berkutat di kantor, tanpa telepon atau sms romantis, kecuali dari sahabat jomblo saya yang sedang melanglang buana di luar kota, kesepian dan selalu menjadikan saya bahan pelampiasan…selama perempuan “ideal” nya belum muncul.]
Ada kemiripan nasib lucu yang menimpa saya dan sahabat saya. Kita berdua sama-sama pernah terlibat di hubungan percintaan yang aneh, yang semestinya menjadi cerita manis di setiap roman picisan. Kita sama-sama menemukan orang yang kita cintai spenuh hati [buat orang-orang sepert sahabat saya, yang bukan tipikal orang yang susah jatuh hati, jatuh cinta sepenuh hati itu adalah peristiwa yang luar biasa], tapi…entah kenapa, hubungan yang semestinya mulus-mulus aja, yang udah diperjuangkan sampe titik keringat terakhir, dengan kesabaran melebihi suster-suster sukarelawan di medan perang, ternyata gagal…dengan alasan yang tidak jelas dan sulit dipahami, sesulit memahami evolusi manusia.
Dan yang tersisa sekarang di kita berdua…cuma rasa capek dan lubang besar di hati yang gak tau gimana cara menutupnya.
Selepas perginya perasaan yang besar itu, kita sama-sama gak tau musti berbuat apa. Mau jatuh cinta aja kok susah, berusaha suka sama orang…tapi gak akan bertahan lebih dari 2 bulan [mengutip kata-kata sahabat lain yang selalu berkomentar: naksir cowok? Ntar deh kalo udah 2 bulan baru cerita, ya!]
Dan pada akhirnya, kita berdua terdampar di sebuah kafe sepi di sabtu sore, setuju bahwa sepicisan apapun yang namanya perasaan cinta, sesakit apapun…ternyata tidak bisa dipungkiri, kita manusia membutuhkannya. Perasaan cinta dengan segala embel-embelnya, entah itu bahagia atau sakit hati…sperti radio [atau kalau jaman sekarang adalah iPOD atau walkman phone] yang seharusnya kita bawa kemana-mana. Karena tanpa itu…[sialnya] hidup kita terasa hampa.
Ahhh…dan mengutip kata-kata sahabat saya: “sama seperti hidup, cinta itu cuma buat pemberani”
Kalau begitu sahabat…mari kita cari medan perang yang lebih baik, siapa tau kita bertemu sasaran tembak yang tepat, jadi…gak perlu deh kita bahu membahu menjadi pelampiasan perasaan satu sama lain.

Penuh cinta buat arr, kalaupun kita gak bertemu siapa-siapa, kita bakal tetep punya rumah mungil dengan bathtub dan kebun kecil untuk menghabiskan sisa kejombloan dan kejompoan kita.

Tuesday, January 02, 2007

Sometimes I feel like just a gerbil, running around and around on his wheel. And that’s also how I feel about this life where everything is running round and round thru the same pattern and creating a cliché. I know that life is not a carousel where you can smile and laugh over every round it takes with festive jambalaya music. Life is about the whole carnival with its own fun, festive sphere that may give us excitement, happiness and also fear and sadness when something bad happens amongst the joyous. But whatever it is…life is so distinctive that everything about it is worth to be taken as a keepsake.
And as I looked into my photographs…I smiled on how much I love this carnival…no matter how cliché it is.

January 1, 2007 over the rain and it looks like December, Jobim sings…

Tuesday, December 12, 2006

Dear Emma,

Em, gosh…do you realize how we haven’t talked for sometimes lately? and on my nights I start to miss you, and our times together like in past time. Worrying about our school or college tasks, crying over our stupid fight with boyfriends, or just laughing over silly jokes and gossips. Life was so easy. Then we graduated, and started to pursuit our own dreams and happiness.

Our last talk Em, made me think, how life has changed us much. We work hard, we spend hard and we party hard, just to make us happy.

Anyway Em, why should we be happy? Why? Why we think that we have to be happy? And when we are not happy, we will think our life is ruined. Why Em? Why so?

Was God sending us here, at the first place in order to make us happy? Was it all?

I don’t think so, I think it was American declaration that says so “life, liberty and the pursuit of happiness” and of course they need to pursuit happiness after putting their lives on stakes running miles and miles away from the colonial land of Europe!

But, this is just life isn’t it Em? It’s where you can fall, cry and fail. It is life where happiness doesn’t rule.

So, why Em? Why keep trying to hard to be happy and make other people happy? Why spend a lot to buy happiness, why party till drop to see happiness and why work so hard to pursuit happiness?

We’re just ordinary people Em…


*for all my Emmas whom I love too much...

Friday, December 08, 2006

Labels:

Labels:

Monday, November 13, 2006

It’s Friday I’m in lounge

kemarin Jumat, rencananya saya mau berenang sama teman saya, trus dilanjutkan dengan makan malam sama sahabat saya. Tetapiii…apa daya, klien memaksakan deadline, bos mengadakan meeting dadakan, dan sahabat saya tepar karena pekerjaannya yang selangit.

Selesai semua urusan kantor jam 10 malam…dan karena hari jumat, jam 10 itu…masih bisa masuk hitungan malam yang muda (the night is so young), jadilah saya bergabung bersama the jakarta party boys (segerombolan jomblo-jomblo –dan beberapa non jomblo- laknat) yang sedang menikmati Tika di Kemang.

Lalu, mulailah kita ngobrol-ngobrol asal-asalan, mulai dari pendapat tentang posesifitas, sex outside the wedlock, sampai asuransi untuk anak.

Dan waktu salah satu teman saya bercerita dia sudah menabung untuk asuransi anaknya, salah satu sahabat saya nyeletuk dengan muka agak menyindir dan mengharapkan pandangan senasib “tuh,mur…lo udah punya belom tabungan buat anak lo nanti?”

Dan sambil mengunyah ayam McDonald yang “taste like sh*t” saya bilang “he? Gue aja belom tau apakah gue pingin punya anak atau engga”.

Di luar dugaan saya, teman saya yang sudah punya tabungan untuk anaknya itu berteriak panik : ha??? Elo gak mau punya anak???

Untuk menenangkan kepanikannya, saya jawab “soalnya gue juga belum tau pingin nikah atau engga…”

Teman saya (A) : iya, gue ngerti kalo soal nikah, gue juga belum kepikir mau nikah atau engga, tapi kalo punya anak, masa lo gak mau punya anak???

Saya : lah? Elo lebih aneh, gak mikir nikah tapi mikir punya anak?

A : lho? Gak masalah, gue bisa munggut anak, soalnya gue belum nemu siapa yang pingin gue nikahin dan belom mikir nikah, tapi gue udah yakin bahwa gue bakal punya anak!, nah elo kenapa gak pingin punya anak? Gue mao tau, kenapa coba? Coba elo kenapa J (teman yang juga gak pingin punya anak) dan elo mur!

J: kalo gue ya…karena gak pingin aja.

A : iya, kenapa gak pinginnya? Kok bisa???coba, coba kenapa???

J: kok, gue terus sih yang dipaksa jawab, tuh si irvine juga gak mau punya anak, Tanyain dong dia!

A: iya! Elo kenapa?

Saya : gue bukan gak mau punya anak, cuma karena gue masih merasa egois, buat apa gue punya anak kalo akhirnya anak itu jadinya gak beres, hidup gue aja belom beres, apalagi nanti kalo punya anak.

A: lho? Beres gak beres itu soal nanti! Yang penting elo udah tau elo mau punya anak, itu kan Cuma masalah keberanian nanti, itulah kenapa elo punya anak, supaya elo bisa bertanggungjawab, buat gue salah satu alasan lo ada di dunia ini adalah untuk membesarkan anak lo, membantu dia mencapai cita-citanya dan lo bisa liat anak lo berhasil.

Saya: nah…itu dia, kalo elo kan kepikir tuh sampai sana, gue mah kalo ada duit sih emang bakal gue tabung, tapi paling gue pakai buat jalan-jalan keliling dunia, gak kepikir buat anak sih…dan lagi, gue masih punya banyak cita-cita selain punya anak, kasian dong nanti anak gue punya emak egois…

J : nah! Berarti gue gak boleh tuh nikah sama irvine…bisa kasian anak gue dan dia, gak ada yang mau ngurus

A: tunggu deh! Lo berdua aneh banget sih? Emang lo gak pingin menyayangi dan membangun keluarga apa?

J : lah, kalo Cuma begitu gue lebih milih nikah dan punya anjing.

Saya : wah…rasanya gue musti pacaran sama elo J, karena visi misi kita ke depan sama…kawin, trus punya duit buat traveling dan memelihara anjing ketimbang punya anak.

A : aneh banget sih!

Dan…untunglah tiba-tiba muncul teman lain dengan skuter dan helm mahal…dan percakapan berpindah ke helm mahal…

Pulangnya…saya kepikir kata-kata si A, beres gak beres itu masalah nanti…yang penting elo punya keberanian…yah…saya gak bilang saya GAK PINGIN punya anak…tapi memang saya BELUM BERANI untuk [mikir] punya anak, mikirin hamil, mikirin melahirkan, mikirin menyusui, mikirin memberi tahu mana yang benar, mana yang salah, mikirin nabung untuk masa depan anak itu, mikirin psikologis anak dan kaitannya dengan psikologis dan perilaku saya dan bapaknya dan mikirin kalau saya tiba-tiba dikasih anak yang kaya bart simpson…mengutip kata-kata homer simpson kepada seorang dare devil : “do you think you have big guts? Try to raise my kid!”

Kids? D’oh!

Monday, November 06, 2006

Money can buy ma’ fat [1]

My office is full of big fat bullies! They are everywhere and it is an undeniable fact [or should I say, curse] for every employee who works here to gain weight at least 2 kilos. Here, me the living victim telling you the story.

Vira*, the art director.

In year 2005 he started to work as an ordinary bulky man. His weight was 74kilos. As months went by he started to be a joke when one day he claimed that his weight was speaking about his class. He was the class of 98 and his weight…was about the same and still going up. By the year of 2006 he reached 100 kilos! And today he weights 108kilos.

Wani*, the art director

Six months ago he was 96 kilos and called as “fatty wani”. And how will you call him now when he weights 106 kilos?

Vineir*, the copywriter

Well…I want to tell you the story but since I think you can guess the undercover name and you can laugh on it, so…there’s nothing much I can tell about her but she gained 2 kilos in 3,5months and changed her size from [x]s to m.

So…one day, when the blubbers are no longer looking funny or cute and the stairs start to look like a mountain hike, they decided to dare the fat.

Here’s the rule, everyone who wants to join the competition to dare the fat have to pay 200.000idr. The winner is the one who can reduce most fat in one month and [s]he can take all the money which has been collected from all the participants.

So, today, there were 8 chunky fatties going to Pondok Indah Hospital, having their body mass measured and the game is begin.

All 6 participants weight more than 90kilos, 1 participant less than 70kilos and more than 60 kilos and 1 participant weight half from 90kilos.

Some people would sacrifice anything to lose their weight even money. And some people would sacrifice anything to gain money even their weight and untamable appetite.

And start from this time on, nobody can say: “kecil2 makannya banyak” to me anymore! The money has talked!

*undercover name